Sejarah Mengerikan

7 Peristiwa Bersejarah yang Lebih Mengerikan dari Film Horor

Sejarah memang dikenal sebagai sumber dari segala kebiadaban. Namun di balik kisah perang, penyakit, dan pembunuhan yang kita tahu, ada fakta yang lebih mengerikan dan penuh dengan teror. Mungkin beberapa kisah ini hanya dapat dibandingkan dengan kengerian yang ada di film-film Halloween.

Namun tidak seperti film horor di mana kita bisa mengatakan “itu hanya film,” kisah-kisah di bawah ini diambil dari peristiwa nyata. Berikut 7 peristiwa bersejarah yang lebih mengerikan dari film horor.

Baca Juga : Sejarah dan Ragam Jenis Kopi di Indonesia yang Perlu Kamu Ketahui

1. Wabah Besar London

Contents

Wabah Besar London terjadi pada tahun 1665-1666, dan membunuh sekitar 100.000 orang atau 20 persen penduduk London saat itu. Virus ini memang sudah muncul di Eropa sejak tiga ratus tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1347-1353, dan dikenal dengan nama “Black Death” (“Maut Hitam”).

Sebagai pusat metropolitan yang sedang berkembang, London punya alasan untuk sangat berhati-hati dengan penyebaran Maut Hitam. Saat itu, orang yang sudah tertular penyakit ini akan dipenjara di rumah mereka sendiri. Setiap rumah yang penghuninya telah terinfeksi akan ditandai dengan palang merah di pintu untuk memperingatkan orang lain agar menjauh.

Dengan jumlah makanan dan obat-obatan yang sedikit, kondisi saat itu sangatlah memprihatinkan. Dan seperti yang terjadp pada film Land of the Dead, orang yang terinfeksi mulai melawan balik. Mereka membunuh para penjaga untuk melarikan diri. Namun sayang, kebebasan yang didapat tidak sebanding dengan darah yang sudah tertumpah.

Para pengungsi wabah ini berkeliaran tanpa sumber daya. Ketika mereka melarikan diri dari London, banyak desa kecil yang melarang mereka untuk masuk. Penduduk setempat bahkan melempar batu dan pupuk kandang ke dalam rumah sakit. Yang lebih parah, mereka membiarkan orang sakit masuk hanya untuk merampok mereka.

 

2. Pembunuhan berantai di tengah London Blitz

London Blitz terjadi ketika Inggris dengan berani menentang Nazi, dan sebagai gantinya Luftwaffe — angkatan udara Jerman Nazi — memborbardir kota London dan seluruh Britania Raya sampai hancur. Keadaan saat itu sudah sangat buruk, dan kehadiran sosok psikopat di kota London saat itu semakin membuatnya lebih buruk.

Dari balik kegelapan, Gordon Frederick Cummins — yang telah mendaftar di Angkatan Udara Kerajaan, dan ditempatkan di Pusat Penerimaan Pesawat di London utara — meneror London dengan melakukan pembunuhan dan penyerangan selama enam hari. Sebanyak tujuh wanita diserang, empat dari mereka meninggal dunia.

Kebanyakan korban Cummins adalah seorang pelacur, dan korban pertamanya adalah Evelyn Hamilton, yang diserang secara seksual, dirampok, dicekik, dan dibuang ke dalam selokan. Hampir dua puluh empat jam kemudian, tubuh Evelyn yang terpotong-potong ditemukan bersama dengan pembuka kaleng.

Keesokan harinya, tubuh wanita lain, Margaret Florence Lowe, ditemukan dengan isi perut yang berhamburan. Kemudian di hari keempat, polisi menemukan seorang pelacur lainnya yang menjadi korban keganasan Cummins, yaitu Doris Jouannet.

Seperti yang dikutip dari laman Old Police Cells Museum, agar menjadi seperti sebuah “kisah horor” Cummins sengaja menunggu satu hari untuk menyerang wanita lain pada hari Jumat tanggal 13. Namun tidak seperti Jason Voorhees, Cummins tidak berhasil membunuh siapa pun pada malam itu.

Seorang wanita berusia 32 tahun bernama Mary Haywood berhasil diselamatkan ketika seorang polisi malam menyorotkan senternya ke Cummins saat sedang melakukan serangan. Selama perkelahian, Cummins meninggalkan masker gas miliknya dan melarikan diri.

Polisi melacak nomor seri masker tersebut dan mendapatkan identitas Cummins. Cummins sang “Blackout Ripper” akhirnya dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi pada tanggal 25 Juni 1942.

 

3. Pembuatan pupuk dari mayat tentara Waterloo

Dikenal sebagai pertempuran paling menentukan dalam Perang Napoleon, Waterloo identik dengan bencana dengan korban kurang lebih sebanyak 60.000 tentara. Namun apa yang tidak diketahui oleh para prajurit yang meninggal adalah bahwa mereka akan menjadi bagian penting dari kebun-kebun di Inggris.

Setahun setelah Pertempuran Waterloo, daerah itu dibersihkan. Perusahaan mengumpulkan semua tulang milik prajurit dan kuda yang sudah tewas. Untuk memaksimalkan ruang, mereka mengubah tulang menjadi bubuk. Praktik ini memang sering terjadi di banyak medan Perang Napoleon lainnya seperti Leipzig dan Austerlitz.

Dilansir dari laman Shannonselin.com, surat kabar pada saat itu melaporkan bahwa total mereka mengangkut lebih dari satu juta gantang tulang manusia dan bukan manusia. Tentara Prancis yang gugur mendarat di pabrik-pabrik Yorkshire, menandai kekalahan kedua mereka terhadap Inggris.

Mereka mencampur bubuk tulang itu dengan sisa-sisa kotoran untuk membuat pupuk. Dikirim secara massal ke Doncaster, pupuk ini membantu menumbuhkan tanaman di pusat pertanian Inggris. Petani lokal dapat membelinya untuk tanaman mereka sendiri, dan satu generasi Eropa makan dengan makanan yang dibuat dengan “bantuan” mayat.

4. George Washington yang kembali dari kematian

Sebelum Dr. Victor Frankenstein, ada Dr. William Thornton. Jika Frankenstein menggali kuburan para penjahat yang baru saja dieksekusi untuk membuat monsternya, Thornton memilih mayat yang lebih baik, yakni dari bapak pendiri Amerika Serikat sendiri.

Hal ini dimulai saat Martha Washington berjanji kepada suaminya, George Washington, bahwa ia akan hidup untuk melihat tahun 1800. Sayangnya, George Washington meninggal pada sabtu malam, 14 Desember 1799. Tidak mau mengingkari janjinya, Martha pun menghubungi Dr. William Thornton.

Dikutip dari laman Mountvernon.org, William Thornton adalah salah satu dokter paling bergengsi di masanya, dan bersumpah kalau ia dapat menghidupkan kembali George Washington. Ya, Washington memang sudah meninggal, tetapi hal itu tidak menghalangi Thornton untuk “menyembuhkannya.”

Untuk membawanya hidup kembali, Thornton akan menaruh jasad George di air dingin. Lalu untuk mencairkannya, Thornton akan membungkus sang presiden dengan selimut. Ketika suhu tubuh Washington meningkat secara konstan, Thornton akan memompa udara di paru-parunya untuk merangsang napas.

Sedangkan untuk mengaktifkan kembali jantungnya, Thornton akan menyuntikkan George dengan darah domba. Akhirnya, Washington akan hidup kembali seperti semula. Anehnya, proposal itu ditolak. Dengan enggan, Thornton percaya selama 20 tahun percobaannya bahwa ia bisa menyelamatkan nyawa sang presiden.

5. Eksperimen pengkondisian Nikolai Krasnogorsky pada anak-anak yatim

Ivan Pavlov memang dikenal dengan percobaan pengkondisian terhadap anjing. Hal itu memang terlihat kejam, tetapi seorang murid Pavlov, Nikolai Krasnogorsky, malah memperluas eksperimennya pada manusia. Krasnogorsky memperoleh subyek dari panti asuhan setempat, dan mendapat sekelompok anak kecil yang dapat ia manipulasi dengan bebas.

Mengulangi set-up dari eksperimen anjing mentornya yang terkenal itu mustahil. Manusia tidak akan mau makan hanya dengan isyarat. Untuk mengatasinya, ia mengikat mereka dengan tali kulit dan perlengkapan kepala dari logam. Mulut anak-anak ini dikunci dalam keadaan terbuka.

Sedangkan perangkat yang terhubung di dalam mulut mereka akan mengukur air liur yang sudah dikumpulkan. Pad elektronik akan mengenai pergelangan tangan mereka setiap kali makanan akan dibagikan, dan mereka dipaksa untuk makan kue dan makanan busuk. Reaksi mereka terhadap sampel yang berbeda akan dicatat.

Meskipun sangat tidak etis, penelitian ini berhasil memberikan kemajuan ilmiah tentang pengkondisian manusia. Tidak seperti Pavlov dan anjingnya, manusia kurang peka dengan sedikit perubahan dalam rangsangan. Melalui penderitaan mereka, anak-anak milik Kransngorsky telah meletakkan dasar bagi teori modern terapi perilaku kognitif.

Baca Juga : 10 Fakta Sejarah Halloween, Menyenangkan dan Menyeramkan!

6. Perampokan makam John Scott Harrison

Dilansir dari laman Cincinnati Magazine, John Scott Harrison adalah satu-satunya orang yang menjadi putra seorang presiden Amerika (William Henry Harrison) sekaligus menjadi ayah dari seorang calon presiden Amerika (Benjamin Harrison).

Karier John Scott Harrison dalam politik sangat sukses, yang menjelaskan mengapa ada banyak orang yang menghadiri pemakamannya pada 25 Mei 1878. Namun selama upacara pemakamannya, seorang pelayat menyadari kalau seseorang telah merampok makam pria bernama Augustus Devin yang ada di dekatnya.

Khawatir John Harrison akan mengalami nasib yang sama, putra-putranya menempatkan tiga batu besar yang diikat dengan semen di peti matinya. Butuh 16 orang untuk mengangkat batu tersebut, dan sebagai tindakan pencegahan lebih lanjut, seorang penjaga disewa untuk menjaga makam itu selama sebulan.

Karena penasaran dengan nasib Devin dan curiga dengan kebutuhan sekolah kedokteran terdekat untuk mempelajari mayat, surat perintah penggeledahan untuk Medical College of Ohio pun dikeluarkan. Setelahnya mereka menemukan beberapa temuan mengerikan termasuk sekotak bagian tubuh yang rusak dan mayat bayi berumur enam bulan.

Namun yang lebih mengerikan lagi adalah mayat telanjang dengan topeng yang tergantung dengan tali. Saat mereka melepas topeng tersebut, terungkap kalau itu adalah mayat John Scott Harrison. Tubuhnya telah dirampok kurang dari 24 jam setelah penguburannya. Terlepas dari segala tindak pencegahannya, tidak ada yang tahu bagaimana hal itu bisa terjadi.

7. Korban yang terlupakan dari peristiwa pembunuhan Lincoln

Pembunuhan Abraham Lincoln adalah salah satu peristiwa yang paling menyedihkan dalam sejarah Amerika Serikat. Namun tidak hanya dirinya yang menjadi target para konspirator pada malam itu. Para pejabat tingkat tinggi Amerika termasuk Wakil Presiden Andrew Johnson dan Sekretaris Negara William Seward malam itu juga menjadi sasaran mereka.

Namun ada satu korban lagi dari peristiwa di malam itu. Ia adalah Clara Harris, seorang wanita yang tidak seharusnya berada di Teater Ford pada malam itu. Dikutip dari laman Historical True Crime, dia dan kekasihnya, Henry Rathbone, hadir atas permintaan Ibu Negara, Mary Todd Lincoln.

Menyusul kemenangan Perang Sipil, para penonton teater saat itu memang sedang berada dalam suasana perayaan. Tapi, seperti yang sudah diketahui, perayaan itu terhenti ketika John Wilkes Booth menerobos masuk ke dalam ruangan presiden dan menembak kepala Lincoln.

Mencoba untuk menangkap si pembunuh, Rathbone meraih lengan Booth, tetapi Booth berhasil menikamnya dan melarikan diri. Darah Rathbone mengenai gaun Clara yang saat itu duduk di sampingnya. Bertahun-tahun kemudian, Clara dan Henry menikah. Tidak ingin membuang gaunnya yang berlumuran darah, Clara pun menyimpannya di dalam lemari.

Didorong karena rasa bersalah karena tidak menghentikan tragedi itu, Rathbone mendengar suara-suara dari dinding kamarnya. Mereka menyalahkannya atas kematian Lincoln dan memerintahkannya untuk membalas kematian sang presiden.

Layaknya film The Shining, Rathbone menciptakan kembali plot pembunuhan Lincoln pada malam Natal tahun 1883. Dia menembak Clara dan menikam dirinya sendiri dengan pisau. Dia kemudian berusaha untuk menyerang anak-anaknya sebelum penjaga rumah bisa menariknya keluar. Henry menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa.

Nah, itu tadi 7 peristiwa bersejarah yang lebih mengerikan dari film horor. Bagaimana, lebih seram dari cerita horor kan?